Responsive Banner design

Transformasi Resistansi Star – Delta (Υ−∆)

Jika sekumpulan resistansi yang membentuk hubungan tertentu saat dianalisis ternyata bukan merupakan hubungan seri ataupun hubungan paralel yang telah kita pelajari sebelumnya, maka jika rangkaian resistansi tersebut membentuk hubungan star atau bintang atau rangkaian tipe Y, ataupun membentuk hubungan delta atau segitiga atau rangkaian tipe ∆, maka diperlukan transformasi baik dari star ke delta ataupun sebaliknya.


Untuk melakukan transformasi Star (Υ) ke Delta (∆), menggunakan rumus:


atau sebaliknya untuk melakukan transformasi Delta (∆) ke Star (Υ), menggunakan rumus:


Sistem Satuan dan Ukuran Standar Kelistrikan

Sistem Satuan

Pada awal perkembangan teknik pengukuran, dikenal dua sistem satuan yaitu sistem metrik (dipelopori Perancis sejak 1795) dan sistem CGS (centimeter-gram-second) yang dipelopori oleh Amerika Serikat dan Inggris (kedua Negara ini juga menggunakan sistem metrik untuk kepentingan internasional). Dan sejak tahun 1960 dikenalkan Sistem Internasional (SI Unit) sebagai kesepakatan internasional. 

Ada enam besaran yang dinyatakan dalam sistem SI, yaitu:


Tabel1. besaran dalam sistem SI.

Secara praktis besaran listrik yang sering digunakan adalah volt, amper, ohm, henry dsb. Kini sistem SI sudah membuat daftar besaran, satuan dan simbol dibidang kelistrikan dan kemagnetan yang berlaku internasional.

Cara Menghitung Nilai Resistor

Cara Menghitung Nilai Resistor – Resistor merupakan komponen penting dan sering dijumpai dalam sirkuit Elektronik. Boleh dikatakan hampir setiap sirkuit Elektronik pasti ada Resistor. Tetapi banyak diantara kita yang bekerja di perusahaan perakitan Elektronik maupun yang menggunakan peralatan Elektronik tersebut tidak mengetahui cara membaca kode warna ataupun kode angka yang ada ditubuh Resistor itu sendiri.

Berdasarkan bentuknya dan proses pemasangannya pada PCB, Resistor terdiri 2 bentuk yaitu bentuk Komponen Axial/Radial dan Komponen Chip. Untuk bentuk Komponen Axial/Radial, nilai resistor diwakili oleh kode warna sehingga kita harus mengetahui cara membaca dan mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam warna tersebut sedangkan untuk komponen chip, nilainya diwakili oleh Kode tertentu sehingga lebih mudah dalam membacanya.

Kita juga bisa mengetahui nilai suatu Resistor dengan cara menggunakan alat pengukur Ohm Meter atau MultiMeter. Satuan nilai Resistor adalah Ohm (Ω).


Umumnya terdapat 4 Gelang di tubuh Resistor, tetapi ada juga yang 5 Gelang.

Gelang warna Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna lainnya sebagai tanda gelang terakhir. Gelang Terakhirnya ini juga merupakan nilai toleransi pada nilai Resistor yang bersangkutan.

Tabel dibawah ini adalah warna-warna yang terdapat di Tubuh Resistor :




Perhitungan untuk Resistor dengan 4 Gelang warna :



Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

Contoh :

Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%.

Perhitungan untuk Resistor dengan 5 Gelang warna :


Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-3
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

Contoh :

Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5
Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm dengan toleransi 10%.


Contoh-contoh perhitungan lainnya :

Merah, Merah, Merah, Emas → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan 5% toleransi
Kuning, Ungu, Orange, Perak → 47 * 10³ = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10% toleransi

Cara menghitung Toleransi :
2.200 Ohm dengan Toleransi 5% =
2200 – 5% = 2.090
2200 + 5% = 2.310
ini artinya nilai Resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm

Untuk mempermudah menghafalkan warna di Resistor, kami memakai singkatan seperti berikut :

HI CO ME O KU HIJ BI U A PU
(HItam, COklat, MErah, Orange, KUning. HiJAU, BIru, UNGu, Abu-abu, PUtih)


Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Angka :

Membaca nilai Resistor yang berbentuk komponen Chip lebih mudah dari Komponen Axial, karena tidak menggunakan kode warna sebagai pengganti nilainya. Kode yang digunakan oleh Resistor yang berbentuk Komponen Chip menggunakan Kode Angka langsung jadi sangat mudah dibaca atau disebut dengan Body Code Resistor (Kode Tubuh Resistor)


Contoh :

Kode Angka yang tertulis di badan Komponen Chip Resistor adalah 4 7 3;

Contoh cara pembacaan dan cara menghitung nilai resistor berdasarkan kode angka adalah sebagai berikut :

Masukkan Angka ke-1 langsung = 4
Masukkan Angka ke-2 langsung = 7
Masukkan Jumlah nol dari Angka ke 3 = 000 (3 nol) atau kalikan dengan 10³
Maka nilainya adalah 47.000 Ohm atau 47 kilo Ohm (47 kOhm)

Contoh-contoh perhitungan lainnya :
222 → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm
103 → 10 * 10³ = 10.000 Ohm atau 10 Kilo Ohm
334 → 33 * 104 = 330.000 Ohm atau 330 Kilo Ohm
 Ada juga yang memakai kode angka seperti dibawah ini :
(Tulisan R menandakan letaknya koma decimal)
4R7 = 4,7 Ohm
0R22 = 0,22 Ohm
Keterangan :
  • Ohm = Ω
  • Kilo Ohm = KΩ
  • Mega Ohm = MΩ
  • 1.000 Ohm = 1 kilo Ohm (1 KΩ )
  • 1.000.000 Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
  • 1.000 kilo Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)



Hukum OHM

Hukum Ohm merupakan suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya.Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar, namun istilah “hukum” tetap digunakan dengan alasan sejarah.

Orang pertama yang menyelidiki hubungan antara kuat arus listrik dengan beda potensial pada suatu penghantar adalah George Simon Ohm, ahli fisikadari Jerman. Ohm berhasil menemukan hubungan matematis antara kuat arus listrik dan beda potensial yang kemudian dikenal sebagai hukum Ohm.

Secara sistematis hukum ohm dirumuskan sebagai berikut:

V = I . R
Keterangan:
V : beda potensial atau tegangan (volt)
I : kuat arus (ampere)
R : ham batan I istri k (ohm)

Persamaan di atas dikenal sebagai hukum Ohm, yang berbunyi :
Kuat arus yang mengalir pada suatu penghantar sebanding dengan beda potensial antara ujung-ujung penghantar itu dengan syarat suhunya konstan/tetap

Hukum Ohm untuk Rangkaian Tertutup

Suatu rangkaian memerlukan beda potensial antara ujung-ujung rangkaian agar arus listrik dapat mengalir. Beda potensial tersebut diperoleh dari sumber tegangan. Dalam setiap sumber tegangan terdapat GGL (Gaya Gerak Listrik), yaitu beda potensial antara ujung-ujung sumber tegangan sebelum dihubungkan dengan rangkaian dan disimbolkan dengan s. Ketika sumber tegangan dihubungkan dengan rangkaian dan arus mengalir melalui rangkaian, beda potensial antara ujung-ujung sumber tegangan disebut tegangan jepit (V).

Perhatikan gambar berikut:

Sebuah sumber tegangan (baterai) dihubungkan dengan suatu rangkaian tertutup. Besar tegangan yang mengalir pada rangkaian sebagai berikut

VAB = IR

Keterangan:
VAB = tegangan jepit (volt)
I = arus yang mengalir (ampere)
R = hambatan luar (ohm)

Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang Hukum Ohm – 
Pengertian, Rumus Ohm Dan Bunyi Hukum Ohm. Semoga postingan ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa dijadikan sumber literatur untuk mengerjakan tugas. Sampai jumpa pada postingan selanjutnya.

Bunyi Hukum Ohm
Besar arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah penghantar atau Konduktor akan berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan (V) yang diterapkan kepadanya dan berbanding terbalik dengan hambatannya (R)


Trasistor

Teori Singkat Transistor adalah komponen elektronika yang terbuat dari bahan semikonduktor dan mempunyai tiga elektroda (triode) yaitu dasar (basis), pengumpul (kolektor) dan pemancar (emitor). Dengan ketiga elektroda (terminal) tersebut, tegangan atau arus yang dipasang di satu terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui 2 terminal lainnya.

Type Transistor ada 2 : NPN dan PNP 
  • NPN (Negatif Posistif Negatif )  adalah transistor positif dimana transistor dapat bekerja mengalirkan arus listrik apabila basis dialiri tegangan arus positif. Sedangkan transistor 
  • PNP ( Positif Negatif Posistif ) adalah transistor negatif,dapat bekerja mengalirkan arus apabila basis dialiri tegangan negatif. 
Macam-macam Transistor dari Fungsi Transistor Fungsi transistor sangatlah besar dan mempunyai peranan penting untuk memperoleh kinerja yang baik bagi sebuah rangkaian elektronika. 

Dalam dunia elektronika, fungsi transistor ini adalah sebagai berikut:
  1. Sebagai sebuah penguat (amplifier). 
  2. Sirkuit pemutus dan penyambung (switching). 
  3. Stabilisasi tegangan (stabilisator). 
  4. Sebagai perata arus. 
  5. Menahan sebagian arus. 
  6. Menguatkan arus. 
  7. Membangkitkan frekuensi rendah maupun tinggi. 
  8. Modulasi sinyal dan berbagai fungsi lainnya.
Jenis jenis Transistor : 
Macam-macam Transistor dan cara kerja transistor pada umumnya dibagi menjadi dua jenis yaitu; 
  1. Transistor Bipolar (dwi kutub) dan 
  2. Transistor Efek Medan (FET – Field Effect Transistor). 
  1. Transistor Bipolar adalah jenis transistor yang paling banyak di gunakan pada rangkaian elektronika. Jenis-Jenis Transistor ini terbagi atas 3 bagian lapisan material semikonduktor yang terdiri dari dua formasi lapisan yaitu lapisan P-N-P (Positif-Negatif- Positif) dan lapisan N-P-N (Negatif-Positif-Negatif). 2. T sistor Efek Medan (FET – Field Effect Transistor) merupakan jenis transistor yang juga memiliki 3 kaki terminal yang masing-masing diberi nama Drain (D), Source (S), dan Gate (G). Cara kerja transistor ini adalah mengendalikan aliran elektron dari terminal Source ke Drain melalui tegangan yang diberikan pada terminal Gate. 
Perbedaan fungsi antara transistor PNP dan transistor NPN terdapat pada mode bias (polaritas) dari persimpangan ketika transistor beroperasi. Untuk setiap keadaan operasi tertentu, arah arus dan polaritas tegangan untuk setiap jenis transistor yang persis akan berlawanan satu sama lain.
    Transistor bipolar bekerja sebagai regulator arus yang dikontrol oleh arus. Dengan kata lain, transistor membatasi jumlah arus yang mengalir. Pada transistor bipolar arus utama yang dikendalikan mengalir dari kolektor ke emitor atau dari emitor ke kolektor tergantung dari masing-masing jenis transistor tersebut (PNP atau NPN). Arus kecil yang mengontrol arus utama mengalir dari basis ke emitor atau dari emitor ke basis, sekali lagi tergantung dari jenis masing-masing transistor tersebut (PNP atau NPN). Menurut standar simbologi semikonduktor, arah panah selalu menunjukkan arah yang berlawanan dengan arah aliran elektron. Perhatikan gambar dibawah ini.


    Transistor Sebagai Penguat

    Transistor adalah suatu monokristal semikonduktor dimana terjadi dua pertemuan P-N, dari sini dapat dibuat dua rangkaian yaitu P-N-P dan N-P-N. Dalam keadaan kerja normal, transistor harus diberi polaritas sebagai berikut :
    1. Pertemuan Emitter-Basis diberi polaritas dari arah maju.
    2. Pertemuan Basis-kolektor diberi polaritas dalam arah mundur.

    Transistor adalah suatu komponen yang dapat memperbesar level sinyal keluaran sampai beberapa kali sinyal masukan. Sinyal masukan disini dapat berupa sinyal AC ataupun DC. Prinsip dasar transistor sebagai penguat adalah arus kecil pada basis mengontrol arus yang lebih besar dari kolektor melewati transistor. Transistor berfungsi sebagai penguat ketika arus basis berubah. Perubahan kecil arus basis mengontrol perubahan besar pada arus yang mengalir dari kolektor ke emitter. Pada saat ini transistor berfungsi sebagai penguat. Dan dalam pemakiannya transistor juga bisa berfungsi sebagai saklar dengan memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi) dan daerah penyumbatan (cut-off). Pada daerah penjenuhan nilai resistansi penyambungan kolektor emitter secara ideal sama dengan nol atau
    kolektor terhubung langsung (short). Ini menyebabkan tegangan kolektor emitter Vce = 0 pada keadaan ideal. Dan pada daerah cut off, nilai resistansi persambungan kolektor emitter secara ideal sama dengan tak terhingga atau terminal kolektor dan emitter terbuka yang
    menyebabkan tegangan Vce sama dengan tegangan sumber Vcc.

    Salah satu fungsi utama transistor adalah sebagai penguat sinyal. Dalam hal ini transistor bisa dikonfigurasikan sebagai penguat tegangan, penguat arus maupun sebagai penguat daya.

    Berdasarkan sistem pertanahan transistor (grounding) penguat transistor dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

    1. Penguat Common Base (grounded-base)

    Penguat Common Base adalah penguat yang kaki basis transistor di groundkan, lalu input di masukkan ke emitor dan output diambil pada kaki kolektor. Penguat Common Base mempunyai karakter sebagai penguat tegangan.


    Penguat Common base mempunyai karakter sebagai berikut :

    • Adanya isolasi yang tinggi dari output ke input sehingga meminimalkan efek umpan balik.
    • Mempunyai impedansi input yang relatif tinggi sehingga cocok untuk penguat sinyal kecil (pre amplifier).
    • Sering dipakai pada penguat frekuensi tinggi pada jalur VHF dan UHF.
    • Bisa juga dipakai sebagai buffer atau penyangga.
    2. Penguat Common Emitor

    Penguat Common Emitor adalah penguat yang kaki emitor transistor di groundkan, lalu input di masukkan ke basis dan output diambil pada kaki kolektor. Penguat Common Emitor juga mempunyai karakter sebagai penguat tegangan.

    Penguat Common Emitor mempunyai karakteristik sebagai berikut :

    • Sinyal outputnya berbalik fasa 180 derajat terhadap sinyal input.
    • Sangat mungkin terjadi osilasi karena adanya umpan balik positif, sehingga sering dipasang umpan balik negatif untuk mencegahnya.
    • Sering dipakai pada penguat frekuensi rendah (terutama pada sinyal audio).
    • Mempunyai stabilitas penguatan yang rendah karena bergantung pada kestabilan suhu dan bias transistor.

    3. Penguat Common Collector

    Penguat Common Collector adalah penguat yang kaki kolektor transistor di groundkan, lalu input di masukkan ke basis dan output diambil pada kaki emitor. Penguat Common Collector juga mempunyai karakter sebagai penguat arus .


    Penguat Common Collector mempunyai karakteristik sebagai berikut :

    • Sinyal outputnya sefasa dengan sinyal input (jadi tidak membalik fasa seperti Common Emitor)
    • Mempunyai penguatan tegangan sama dengan 1.
    • Mempunyai penguatan arus samadengan HFE transistor.
    • Cocok dipakai untuk penguat penyangga (buffer) karena mempunyai impedansi input tinggi dan mempunyai impedansi output yang rendah.

    Berdasarkan titik kerjanya penguat transistor ada tiga jenis, yaitu:

    1. Penguat Kelas A

    Penguat kelas A adalah penguat yang titik kerja efektifnya setengah dari tagangan VCC penguat. Untuk bekerja penguat kelas A memerlukan bias awal yang menyebabkan penguat dalam kondisi siap untuk menerima sinyal. Karena hal ini maka penguat kelas A menjadi penguat dengan efisiensi terendah namun dengan tingkat distorsi (cacat sinyal) terkecil.




    Sistem bias penguat kelas A yang populer adalah sistem bias pembagi tegangan dan sistem bias umpan balik kolektor. Melalui perhitungan tegangan bias yang tepat maka kita akan mendapatkan titik kerja transistor tepat pada setengah dari tegangan VCC penguat. Penguat kelas A cocok dipakai pada penguat awal (pre amplifier) karena mempunyai distorsi yang kecil.

    2. Penguat Kelas B

    Penguat kelas B adalah penguat yang bekerja berdasarkan tegangan bias dari sinyal input yang masuk. Titik kerja penguat kelas B berada dititik cut-off transistor. Dalam kondisi tidak ada sinyal input maka penguat kelas B berada dalam kondisi OFF dan baru bekerja jika ada sinyal input dengan level diatas 0.6Volt (batas tegangan bias transistor).



    Penguat kelas B mempunyai efisiensi yang tinggi karena baru bekerja jika ada sinyal input. Namun karena ada batasan tegangan 0.6 Volt maka penguat kelas B tidak bekerja jika level sinyal input dibawah 0.6Volt. Hal ini menyebabkan distorsi (cacat sinyal) yang disebut distorsi cross over, yaitu cacat pada persimpangan sinyal sinus bagian atas dan bagian bawah.


    Penguat kelas B cocok dipakai pada penguat akhir sinyal audio karena bekerja pada level tegangan yang relatif tinggi (diatas 1 Volt). Dalam aplikasinya, penguat kelas B menggunakan sistem konfigusi push-pull yang dibangun oleh dua transistor.

    3. Penguat kelas AB

    Penguat kelas AB merupakan penggabungan dari penguat kelas A dan penguat kelas B. Penguat kelas AB diperoleh dengan sedikit menggeser titik kerja transistor sehingga distorsi cross over dapat diminimalkan.  Titik kerja transistor tidak lagi di garis cut-off namun berada sedikit diatasnya.


    Penguat kelas AB merupakan kompromi antar efisiensi dan fidelitas penguat. Dalam aplikasinya penguat kelas AB banyak menjadi pilihan sebagai penguat audio.

    4. Penguat kelas C

    Penguat kelas C mirip dengan penguat kelas B, yaitu titik kerjanya berada di daerah cut-off transistor. Bedanya adalah penguat kelas C hanya perlu satu transistor untuk bekerja normal tidak seperti kelas B yang harus menggunakan dua transistor (sistem push-pull). Hal ini karena penguat kelas C khusus dipakai untuk menguatkan sinyal pada satu sisi atau bahkan hanya puncak-puncak sinyal saja.


    Penguat kelas C tidak memerlukan fidelitas, yang dibutuhkan adalah frekuensi kerja sinyal sehingga tidak memperhatikan bentuk sinyal. Penguat kelas C dipakai pada penguat frekuensi tinggi. Pada penguat kelas C sering ditambahkan sebuah rangkaian resonator LC untuk membantu kerja penguat. Penguat kelas C mempunyai efisiensi yang tinggi sampai 100 % namun dengan fidelitas yang rendah.

    DIODA

    Jenis-jenis Dioda (Diode) dan Pengertiannya

    Dioda atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Diode adalah komponen elektronika yang dapat
    menghantarkan arus listrik ke satu arah saja. Jika arah arusnya terbalik, maka Dioda akan menghambat arus listrik tersebut. Karena sifatnya yang dapat menghantarkan arus listrik ke satu arah (forward bias) dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya (reverse bias), dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor ini sering digunakan sebagai penyearah bentuk gelombang (wave rectifier) dalam pencatu daya dan detektor radio. Dioda juga sering digunakan pada rangkaian-rangkaian listrik dan elektronika yang memerlukan hasil “satu arah”. Bahan semikonduktor yang sering digunakan untuk membuat Dioda adalaah bahan Silikon (Si) dan bahan Germanium (Ge).

    Jenis-jenis Dioda (Diode)

    1.  Dioda Normal (Dioda PN Junction)

    Dioda jenis ini merupakan dioda yang paling sering ditemui dalam rangkaian elektronika, terutama pada rangkaian pencatu daya (power supply) dan rangkaian frekuensi radio (RF). Dioda jenis ini disebut juga Dioda Normal (Normal Diode) karena merupakan dioda standar yang paling umum digunakan ataupun Dioda Penyearah (Rectifier Diode) karena biasanya digunakan sebagai penyearah pada Pencatu Daya. Dioda ini juga dikenal dengan nama PN Junction Diode


    2/ Dioda Bridge (Bridge Diode)

    Dioda Bridge pada dasarnya adalah Dioda yang terdiri dari 4 dioda normal yang umumnya digunakan sebagai penyearah gelombang penuh dalam rangkaian Pencatu Daya (Power Supply). Dengan menggunakan Dioda Bridge ini, kita tidak perlu lagi merangkai 4 buah dioda normal menjadi rangkaian penyearah tegangan AC ke tegangan DC karena telah dikemas oleh produsen menjadi 1 komponen saja. Dioda Bridge ini memiliki 4 kaki terminal yaitu 2 kaki terminal Input untuk masukan tegangan/arus bolak-balik (AC) dan 2 kaki terminal untuk Output Positif (+) dan Output Negatif (-).



    3. Dioda Zener (Zener Diode)

    Dioda Zener adalah jenis dioda yang dirancang khusus untuk dapat beroperasi di rangkaian reverse bias (bias balik). Karakteristik Dioda Zener ini adalah dapat melewatkan arus listrik pada kondisi bias terbalik (reverse bias) apabila tegangan mencapai titik tegangan breakdown-nya.  Namun pada saat Forward bias (bias maju), Dioda Zener ini dapat menghantarkan arus listrik seperti Dioda normal pada umumnya. Dioda Zener dapat memberikan tegangan referensi yang stabil sehingga banyak digunakan sebagai pengatur tegangan (Voltage Regulator) pada pencatu daya (Power supply).

    4. Dioda LED (Light Emitting Diode)


    Dioda LED atau Light Emitting Diode merupakan jenis dioda yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju (Forward bias). LED ada yang berwarna merah, jingga, kuning, biru, hijau dan putih tergantung pada panjang gelombang (wavelength)  dan jenis senyawa semikonduktor yang digunakannya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan aplikasi LED di lampu-lampu penerangan rumah maupun jalan raya, lampu indikator peralatan elektronik dan listrik, lampu dekorasi dan iklan serta backlight untuk TV LCD.


    5. Dioda Foto (Photodiode)

    Dioda Foto atau Photodiode adalah jenis Dioda yang dapat mengubah energi cahaya menjadi arus listrik. Dioda Foto ini sering digunakan sebagai sensor untuk mendeteksi cahaya seperti pada sensor cahaya kamera, sensor penghitung kendaraan, scanner barcode dan peralatan medis. Dioda Foto ini dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu Dioda Photovoltaic  yang menghasilkan tegangan seperti sel surya dan Dioda Photoconductive yang tidak menghasilkan tegangan dan harus diberikan sumber tegangan lain untuk penggerak beban.

    6. Dioda Laser (Laser Diode)

    Dioda Laser atau Laser Diode adalah jenis dioda yang dapat menghasilkan radiasi atau cahaya koheren yang dapat dilihat oleh mata dan spektrum inframerah ketika dialiri arus listrik. Dioda Laser ini sering digunakan pada perangkat audio/video seperti Player DVD dan Blueray, Laser pointer, Scanner Barcode, Alat ukur jarak dan Printer laser. LASER pada dasarnya adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation.

    7. Dioda Varactor (Varactor Diode)

    Dioda Varactor atau kadang-kadang disebut juga dengan Dioda Varicap adalah jenis dioda yang memiliki sifat kapasitas yang berubah-ubah sesuai dengan tegangan yang diberikan. Dioda Varactor ini sering digunakan di rangkaian-rangkaian yang berkaitan dengan frekuensi seperti osilator, TV Tuner dan Radio Tuner. Simbol Dioda Varactor atau Dioda Varicap ini dilambangkan dengan sebuah dioda yang ujungnya ditambahkan sebuah kapasitor.


    8. Dioda Tunnel (Tunnel Diode)

    Dioda Tunnel atau Dioda Terowongan adalah jenis dioda yang mampu beroperasi pada kecepatan yang sangat tinggi dan dapat berfungsi dengan baik pada gelombang mikro (Microwave). Dioda Tunnel ini biasanya digunakan di rangkaian pendeteksi frekuensi dan konverter. Dioda Tunner disebut juga dengan Dioda Esaki. Nama Esaki diambil dari nama penemu Dioda jenis ini.



    9. Dioda Schottky (Schottky Diode)

    Dioda Schottky merupakan jenis dioda dengan tegangan maju yang lebih rendah dari dioda normal pada umumnya. Pada arus rendah, tegangan jatuh bisa berkisar diantara 0,15V hingga 0,4V. tegangan ini lebih rendah dari dioda normal yang terbuat dari silikon yang memerlukan 0,6V. Dioda ini banyak digunakan pada aplikasi rectifier (penyearah), clamping dan juga aplikasi RF.


    10. Seven Segment Dioda

    Display 7 segment merupakan komponen yang berfungsi sebagai penampil karakter angka dan karakter huruf. Display 7 segment sering  juga disebut sebgai penampil 7 ruas. Pada display 7 segment juga dilengkapi karakter titik (dot) yang sering dibutuhkan untuk karakter koma atau titik pada saat menampilkan suatu bilangan. Display 7 segment terdiri dari 7 penampil karakter yang disusun dalam sebuah kemasan sehingga dapat menampilkan karakter angka dan karakter huruf. Terdapat 7 buah penampil dasar dari LED (Light Emiting Diode) yang dinamakan karakter A-F dan karakter dot. Bentuk susunan karakter penampil karakter A-F pada display 7 segmen dapat dilihat pada gambar berikut.

    11. Dioda Dot Matrix
    LED dot matriks adalah sarana yang sangat populer menampilkan informasi seperti itu memungkinkan teks baik statis dan animasi dan gambar. Mungkin, Anda telah menemukan mereka di pompa bensin menampilkan harga gas, atau di tempat-tempat umum dan di sepanjang jalan raya, menampilkan iklan pada panel dot matrix besar. Dalam percobaan ini, kita akan membahas tentang struktur dasar dari sebuah monokrom (warna tunggal) LED dot matrix dan interface dengan mikrokontroler untuk menampilkan karakter statis dan simbol




    Kondensator

    Kapasitor merupakan komponen elektronika yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan muatan listrik selama waktu tertentu. Kemampuan kapasitor dalam menyimpan muatan ini disebut dengan istilah kapasitas (kapasiteit) kapasitor. Tiap tiap kapasitor mempunyai daya tampung muatan listrik dan daya tahan terhadap tegangan listrik terntentu. Daya tahan terhadap tegangan ini harus benar benar diperhatikan pada waktu praktek pemasangan di rangkaian. Pemberian tegangan yang melebihi batas yang ditetapkan akan menyebabkan kapasitor tersebut akn meledak. Kapasitor yang dapat meledak ini biasanya kapasitor elektrolit dan sering disebut dengan istilah elco (electrolit condensator).

    FUNGSI KONDENSATOR

    1.  Sebagai penyimpan arus dan tegangan
    2.  Sebagai Filter dalam rangkaian Regulator / Power Suppy
    3.  Sebagai konduktor yang dapat melewatkan arus listrik AC ( Alternating Current )
    4.  Sebagai kopel / kopling / penghubung dalam suatu rangkaian
    5.  Sebagai pembangkit frekuensi dalam rangkaian oscilator
    6.  Sebagai pemilih frekuensi / gelombang ( kondensator variable )
    Jenis dan Macam Kondensator
    1. Kondesator Tetap
    2. Kondesator Variable ( VARCO )
    KONDENSATOR TETAP
    1. Kondensator Keramik
    2. Kondensator Polyester
    3. Kondensator Kertas
    4. Kondensator Mika
    5. Kondensator Elektrolit
    6. Kondensator Tantalum
    KONDENSAYOR VARIABLE
    1. Kondensator Variable ( Varco )
    2. Kondensator Trimmer
    PENJELASAN JENIS KONDENSATOR

    a. Kondensator Keramik

    Kondensator keramik adalah kondensator yang isolatornya berbahan keramik tidak mempunyai polaritas, dalam pemasangannya bisa bolak-balik dan bentuk fisik umumnya bulat tipis. Nilai kondensator keramik biasanya tersedia berkisar antara 1 pF sampai 0,001 uF. Pada masa sekarang kondensator keramik yang di rancang makin kecil menyesuaikan dengan kebutuhan peralatan elektronika yang makin kecil juga. Kapasitor ini dinamakan chip capasitor dan hanya bisa dipasang dalam rangkaian menggunakan Mesin produksi SMT ( Surface Mount Technology ) yang mempunyai kecepatan tinggi.

    b. Kondensator Polyester


    Kondensator Polyester adalah kondensator yang isolatornya terbuat dari bahan polyester dengan bentuk fisik persegi empat dan tidak mempunyai polaritas.






    c. Kondensator Kertas


    Kondensator kertas ini sering disebut juga kondensator padder. Misal pada radio dipasang seri dari spul osilator ke variabel condensator. Nilai kapasitas yang dipakai pada sirkuit oscilator antara lain:

    Kapasitas 200 pF - 500 pF untuk daerah gelombang menengah (Medium Wave / MW) = 190 meter - 500 meter.
    Kapasitas 1.000 pF - 2.200 pF untuk daerah gelombang pendek (Short Wave / SW) SW 1 = 40 meter - 130 meter.
    Kapasitas 2.700 pF - 6.800 pF untuk daerah gelombang SW 1, 2, 3 dan 4, = 13 meter - 49 meter.
    Nilai kapasitasnya ada yang tertulis langsung ada juga ada pula yang memakai kode warna.


    d. Kondensator Mika

    Kapasitor Mika adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari bahan Mika. Nilai Kapasitor Mika pada umumnya berkisar antara 50pF sampai 0.02µF. Kapasitor Mika juga dapat dipasang bolak balik karena tidak memiliki polaritas arah.

    e. Kondensator  Elektrolit ( Elco)
    Kondensator ini terbuat dari bahan cairan  elektrolit (Electrolyte) dan berbentuk tabung. Kondensator ini mempunyai polaritas positif  (+) dan negatif (-). Kondensator elektrolit (Elco) bahan pembungkusnya terbuat dai aluminium kemudian dibungkus lagi dengan bahan plastik yang bertuliskan nilai kondensator dan batasan tegangan maximum. Untuk diperhatikan kondensator jenis Elco ini tidak bisa di pasang terbalik, dan melampai batas tegangan yang tertera di badan elco, komponen ini akan pecah atau meledak





    f. Kondensator tantalum


    Kondensator ini mempunyai polaritas positif (+) dan negatif (-) bahan isolatornya juga dari elektrolit. Komponen ini disebut kapasitor Tantalum karena bahannya dari logam tantalum untuk terminal anodanya (+). Kelebihan kondensator Tantalum ini adalah dapat bekerja dengan baik pada suhu yang tinggi dan memiliki kapasitansi yang besar tetapi bentuk ukuran fisik biasanya kecil tetapi soal harga lumayan mahal. Komponen ini banyak digunakan pada perangkat elektronika seperti komputer atau gadget lainnya.


    KONDENSATOR VARIABEL :

    Kondensator Variable ( Varco )

    Kapasitor Variabel adalah Kapasitor yang nilai Kapasitansinya dapat diatur atau berubah-ubah. Secara fisik, Kapasitor Variabel ini terdiri dari 2 jenis yaitu :


    1. VARCO (Variable Condensator)

    VARCO (Variable Condensator) yang terbuat dari Logam dengan ukuran yang lebih besar dan pada umumnya digunakan untuk memilih Gelombang Frekuensi pada Rangkaian Radio (digabungkan dengan Spul Antena dan Spul Osilator). Nilai Kapasitansi VARCO berkisar antara 100pF sampai 500pF

    2. Trimmer

    Trimmer adalah jenis Kapasitor Variabel yang memiliki bentuk lebih kecil sehingga memerlukan alat seperti Obeng untuk dapat memutar Poros pengaturnya. Trimmer terdiri dari 2 pelat logam yang dipisahkan oleh selembar Mika dan juga terdapat sebuah Screw yang mengatur jarak kedua pelat logam tersebut sehingga nilai kapasitansinya menjadi berubah. Trimmer dalam Rangkaian Elektronika berfungsi untuk menepatkan pemilihan gelombang Frekuensi (Fine Tune). Nilai Kapasitansi Trimmer hanya maksimal sampai 100pF.

    Fungsi Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika

    Pada Peralatan Elektronika, Kapasitor merupakan salah satu jenis Komponen Elektronika yang paling sering digunakan. Hal ini dikarenakan Kapasitor memiliki banyak fungsi sehingga hampir setiap Rangkaian Elektronika memerlukannya.

    Dibawah ini adalah beberapa fungsi daripada Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika :


    1. Sebagai Penyimpan arus atau tegangan listrik
    2. Sebagai Konduktor yang dapat melewatkan arus AC (Alternating Current)
    3. Sebagai Isolator yang menghambat arus DC (Direct Current)
    4. Sebagai Filter dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya)
    5. Sebagai Kopling
    6. Sebagai Pembangkit Frekuensi dalam Rangkaian Osilator
    7. Sebagai Penggeser Fasa
    8. Sebagai Pemilih Gelombang Frekuensi (Kapasitor Variabel yang digabungkan dengan Spul Antena dan Osilator)






    Powered by Blogger.

    Transformasi Resistansi Star – Delta (Υ−∆)

    Jika sekumpulan resistansi yang membentuk hubungan tertentu saat dianalisis ternyata bukan merupakan hubungan seri ataupun hubungan paralel...

    Contact Form

    Name

    Email *

    Message *

    Contact Form

    Name

    Email *

    Message *

    Search This Blog

    Blog Archive

    About Me

    authorHello, my name is Jack Sparrow. I'm a 50 year old self-employed Pirate from the Caribbean.
    Learn More →

    Tags

    Breaking

    Recent Comments

    Recent Post

    Popular Posts

    Facebook

    Featured

    Recent

    Ad Banner

    Pengikut Saya